Tim Manulife Indonesia melayani nasabah dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan 3M. (Istimewa)

medanToday.com, JAKARTA – Virus Covid-19 yang melanda Indonesia telah memakan korban. Seperti yang dialami Santi, suaminya meningal dunia akibat terpapar Covid 19 belum lama ini.

Ibu dua anak ini tidak pernah membayangkan akan kehilangan suami tercinta dan harus membesarkan kedua anaknya sendirian. Sedih, namun hidup harus tetap berlanjut.

Beruntung, suaminya selama ini melindungi diri dan masa depan keluarganya dengan memiliki asuransi jiwa, sehingga ia menerima Uang Pertanggungan (UP) atas kehilangan suaminya. Setelah itu, Santi kembali menyisihkan UP yang ia terima untuk membeli asuransi jiwa bersama Manulife yaitu Primajaga 100.

Terinspirasi kisah Santi, Manulife Indonesia memberikan apresiasi kepadanya berupa keringanan pembayaran premi selama 1 tahun.

“Memang UP tidak membuat almarhum kembali, tapi setidaknya peninggalan ini akan membantu membuka jalan bagi Ibu Santi untuk menjalani kehidupannya bersama dua anaknya,” kata Director & Chief Marketing Officer Manulife Indonesia, Novita Rumngangun dalam keterangan tertulisnya yang diterima medanToday.com Senin (30/11).

Itu adalah sekelumit kisah keluarga yang mendapatkan layanan penyedia solusi keuangan dari Manulife Indonesia dengan membantu para nasabah menjalani hari semakin baik.

Selama pandemi, Manulife Indonesia sudah membayar klaim terkait Covid-19 sebanyak Rp 54,5 miliar per 9 November 2020. Salah satu keluarga penerima manfaat datang dari keluarga yang tidak percaya dengan asuransi, ia adalah Nana.

Ayahnya yang merupakan nasabah Manulife meninggal dunia pada 2019, ia dan keluarga sempat bingung bagaimana caranya klaim. Sampai akhirnya ia menghubungi temannya yang bekerja di Manulife untuk membantu pengajuan klaim dan mempersiapkan dokumen sehingga mereka menerima klaim.

Menurut Novita, Manulife Indonesia telah mengembalikan kepercayaan Nana dan ibunya yang pernah trauma dengan asuransi. Mereka sadar, berasuransi membantu menjadikan hari demi hari lebih baik dari berbagai risiko tak terduga.

Pandemi Covid-19, lanjut Novita, memberikan tantangan tersendiri bagi Manulife Indonesia terutama bagaimana tetap terkoneksi dengan nasabah.

“Manulife Indonesia semakin menggalakkan digitalisasi dan memastikan para tenaga pemasar tetap memberikan layanan melalui non-Face to Face. Begitu pula dengan layanan Customer Service, kita tetap berupaya melakukan pelayanan ke nasabah dengan cara berbeda, bahkan ketika tanpa harus tatap muka,” jelasnya.

Kerjasama yang kuat antar tim Manulife Indonesia, baik karyawan maupun tenaga pemasar, membuat upaya memenuhi kebutuhan nasabah dan bisnis tetap berjalan dengan baik, meskipun dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

“Mendengarkan saran maupun kritik dari para nasabah adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan bisnis perusahaan,” tegas Novita.

Novita menjelaskan, secara berkala, Manulife Indonesia mengadakan pertemuan virtual bersama para nasabah dan mendengarkan semua keluhan-keluhan mereka untuk menjadikan layanan perusahaan semakin baik ke depannya.

Selain itu, survei Manulife Asia Care menunjukkan, dari 300 responden di Indonesia sejak pandemi beralih belanja secara offline ke online sebesar 65 persen. Layanan online seperti pembayaran, belanja dan pengiriman makanan mencapai 71 persen dan khususnya menggunakan media online untuk mencari berita dan bersosialisasi (sebesar 69 persen).

Situasi pandemi mempercepat tren digitalisasi dalam gaya hidup. Oleh sebab itu, insurtech (insurance technology) bisa menjadi salah satu yang dimanfaatkan untuk peningkatkan inklusi dan bisnis asuransi.

Di tengah pandemi, Manulife Indonesia memberikan layanan lebih optimal kepada para nasabah. Diantaranya memanfaatkan layanan non face to face untuk nasabah, memperluas aplikasi digital untuk memudahkan nasabah dalam mengakses layanan seperti submit klaim, cek polis melalui MiAccount.

Kemudian bekerjasama dengan platform untuk memperluas jangkauan nasabah seperti dengan Halodoc. Nasabah korporasi Manulife dapat memanfaatkan layanan ini untuk cek kondisi kesehatan mereka di aplikasi tersebut.

Di sisi lain, Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) pada 2019 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, inklusi perasuransian sebesar 6,18 persen, jauh dibawah perbankan yang mencapai 73,88 persen. Inklusi yang rendah menunjukkan ruang untuk industri ini berkembang masih sangat besar.

“Ke depannya, Manulife Indonesia berharap lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mulai sadar akan pentingnya asuransi. Karena saat ini kami melindungi lebih dari 2 juta nasabah di seluruh Indonesia,” pungkas Novita. (mtd/min)