MEDAN KU SAYANG MEDAN KU MALANG

OLEH : DARMAWAN

0
1084
Kondisi jalan di pasar Petisah,Medan. (sumber: FB Virya Svara)

Perhatikan dua foto tersebut, kawasan Pasar Petisah [pasar, disebut “pajak” oleh orang Medan] & Jalan Mahkamah, sehari pasca dilintasi Pakde…

Kehadiran Yang Mulia Bapak Presiden Jokowi, meniupkan angin segar untuk kemajuan Sumatera Utara mendatang, khususnya kota Medan, yang sudah lama mendambakan infrastruktur yang maju dengan tata kelola yang baik, rapi & terukur.

Ikut berpantun ahhh.. ala Pakde..

Ikan arsik dicampur bubur
Terlalu asik kita markombur…

Begitulah omongan selingan di warkop, kede kupi kata orang Medan.

Hajab awak lae…

Sampek pulak Pakde ke Pajak Petisah yang sudah berkubang lumpur, lintas pulak di jalan rusak Mahkamah mulai ujung deretan rujak Kolam Deli hingga Jalan Pandu.

Bermula dari Hotel Adimulia, hotel yang belum lama berdiri di Jalan Diponegoro, kawasan Lapangan Benteng Medan, tempat rombongan Presiden menginap.

Agenda RI-1 pagi itu memang bertujuan ke Lanud Soewondo untuk kemudian terbang menuju kawasan Gn.Sinabung, Tanah Karo.

Dari hotel, keluar ke kanan lalu kiri, sudah masuk jalan Iman Bonjol, namun rombongan lebih memilih telusuri jalan rusak di area Petisah, kemudian masuk Gatsu, Iman Bonjol, Sudirman, terus perempatan Katamso, pas depan Istana Maimun kiri, masuk ke jalan Mahkamah, disini rombongan disambut guncangan jalan berlubang.

Apa hikmah dari kunjungan RI-1 ini? Terlepas dari peresmian jalan tol & kunjungan ke rumah calon besan, jajaran Pemko Medan harusnya tertampar, lalu cepat berkaca. Apa karena buruk rupa?

Ya jelas… tapi menurut saya, kalo buruk rupa, hendaknya gak usah berkaca lagi. Cepat beresin itu…

Medan, kota multi-etnis, kota terbesar nomor 3 di Indonesia, setelah Jakarta & Surabaya. Siapa gak kenal anak Medan di perantauan se-Indonesia? Banyak orang pintar di sini, banyak pulak yang banyak cakap.

Di sini panggilan Ketua, Komandan, kerap didengar, telusurilah tempat-tempat bincang mulai warkop, lapo tuak pinggir jalan hingga cafe berkelas bintang lima, memang tidak ada kaitannya, tapi dengan budaya banyak cakap, etos & kerja nyata jadi taruhannya.

Sudah satu dasawarsa terakhir, kemajuan kota Medan tidak terukur dan tidak terencana dalam hal infrastruktur, sarana & prasarana kota. Mana program jangka pendek, menengah & jangka panjang, semua hanya menjadi buah bibir tanpa realisasi yang jelas.

Penanganan banjir misalnya, lihatlah proyek Kanal Titi Kuning yang mangkrak, sehingga saban tiba musim hujan, tak pelak banjir melanda. Transportasi publik dalam kota, belum ada konsep jangka panjang untuk digagas semisal LRT. Konon monorail apalagi mimpi MRT.

Sektor keamanan, maraknya aksi begal, copet & curanmor yang hingga saat ini masih diupayakan solusi komprehensif oleh aparat kepolisian, butuh kesadaran warga untuk tetap waspada di setiap saat.

Di sektor energi, listrik kota masih kerap byar-pet. Kemudian carut marut lalu lintas di Kota Medan, siapa duluan masuk kepala, dia yang duluan. Cukup sangar ini, di beberapa kawasan inti kota saja, lampu merah sudah seperti lampu hijau.

Terakhir kasus korupsi oleh sederet mantan kepala daerah, peredaran & penyalahgunaan narkoba, Sumut [baca Medan] dikenal sebagai basis dalam musuh besar bangsa ini, tidak usah sebut nama & kasus, cukup googling saja, semua terpapar terang benderang.

Ada yang mau ditambah? Monggo?

Apa cermin dari masalah di atas? Siapa yang mau disalahkan? Pejabat Pemko? Pemangku kepentingan? Stake holder masyarakat? Wallahu’alam…

Intinya hanya satu, pemimpin daerah tidak cakap, tidak kapabel dalam menjalankan fungsi & tanggungjawabnya. Parameter lainnya adalah SILPA [Sisa Lebih Penggunaan Anggaran] yang besar, belum teroganisir sesuai peruntukannya, menambah cermin buruk penyerapan anggaran di wilayahnya.

Kedua, pengamatan saya selama ini, seorang kepala daerah dengan latar belakang hanya dari birokrat maupun purnawirawan tanpa dipadu jiwa entrepreneurs, bersih, jujur, tegas, niscaya bisa berhasil memimpin & membawa warga masyarakatnya sehat sentosa, sejahtera dari berbagai sisi, seperti meningkatnya usia/harapan hidup, tingginya tingkat pendidikan warganya hingga meningkatnya daya beli yang mencerminkan ekonomi yang menggeliat di suatu daerah.

Barangkali ada yang mau ber-opini,silahkan.. jangan pulak sok paten, hahay…

=============

Penulis: Darmawan | Staf Ahli Perkebunan Swasta