Ribuan ayam petelur berada di peternakan ayam petelur yang harga per-papannya mencapai Rp.45.000, di Desa Pantai Labu, Kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonsia, 15 Agustus 2018. Melambungnya harga telur ayam sejak sebulan ini telah menjadi polemik dikalangan masyarakat di Medan, setelah harga telur di Pulau Jawa, Indonseia yang mencapai Rp.30.000 per kilo grammnya. MTD/Panyahatan Siregar

medanToday.com – Peternak ayam menyatakan pelarangan pemakaian antibiotic growth promotor atau AGP, menjadi pemicu dari melonjaknya harga telur ayam di pasaran. Sebab, AGP membuat pasokan ayam berkurang yang berimbas rendahnya pasokan telur di pasar dan berdampak kenaikan harga.

Adapun larangan memakai AGP diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) 14 Tahun 2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Beleid ini berlaku sejak 12 Mei 2017, tetapi pengawasan pelaksanaannya dimulai 1 Januari 2018. Pelarangan ini sendiri dimaksudkan membuat kualitas ternak ayam lebih baik dan tak mengandung obat-obatan.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional Feri mengungkapkan, tanpa AGP membuat daya tahan hidup ayam berkurang, hal ini berimbas pasokan ayam petelur berkurang.

Seorang pekerja memberi pakan ayam di tempat peternakan ayam petelur yang harga per papannya mencapai Rp.45.000, di Desa Pantai Labu, Kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonsia, 15 Agustus 2018. Melambungnya harga telur ayam sejak sebulan ini telah menjadi polemik dikalangan masyarakat di Medan, setelah harga telur di Pulau Jawa, Indonseia yang mencapai Rp.30.000 per kilo grammnya. MTD/ Panyahatan Siregar

“AGP itu bahan imbuhan dalam pakan agar ayam tetap sehat, tapi diduga punya residu dan bahaya bagi manusia. Pemerintah larang itu sekarang dan itu langkah yang baik. Konsekuensinya berdampak pada kesehatan ayam, lebih rentan sakit. Tapi itu tidak apa karena kita ingin produksi telur yang sehat, nutrisi untuk bangsa,” paparnya

Feri menyebutkan, kondisi ini pasokan membuat ayam petelur berkurang 10% karena penyakit. “Saat ini (pasokan ayam petelur) turun 5%-10% karena penyakit,” katanya.

Di sisi lain, kebutuhan yang tinggi saat Ramadan terlebih pada Lebaran terhadap ayam, menjadi kesempatan peternak menjual ayam petelur yang afkir atau tak produktif lagi. Hal ini menjadi biasa tiap kali menjelang Lebaran. Hal ini membuat total ayam petelur berkurang 20% sepanjang Lebaran hingga saat ini.(mtd/min)

=====================