Ternyata Ini Rahasia Kesuksesan Ucok Durian Medan

Zainal Abidin (Ucok) melayani pengunjung di Gerai Duriannya "Ucok Durian" di Jalan Wahid Hasyim Medan, MTD/Efendi Siregar

MEDAN,MEDAN-TODAY.com – Kata orang “Belum ke Medan kalau tidak mampir ke Ucok Durian”. Ungkapan itu muncul karena merek warung durian milik Zainal Abidin atau karib disapa Ucok sudah melegenda sekarang.

Kedai Ucok memang bisa dibilang cukup berumur, sudah puluhan tahun. Meski demikian, namanya baru tenar dalam hitungan 10 tahun belakangan.

Dulu, Ucok juga merangkak dari bawah, memulai berjualan durian dari kaki lima. Jangan dilihat kondisi sekarang.

“(Sekarang), banyak yang datang ke sini. Ada pejabat, artis, ya macam-macam,” ujar Ucok saat ditemui di kedainya, Jalan Wahid Hasyim, Medan.

Kalau dirunut sejarahnya, kata Ucok, ia sudah berhadapan dengan durian sejak 34 tahun lalu. Namun, dia baru punya usaha sendiri sejak sekitar 25 tahun lalu.

Zainal Abidin (Ucok) melayani pengunjung di Gerai Duriannya "Ucok Durian" di Jalan Wahid Hasyim Medan, MTD/Efendi Siregar
Zainal Abidin (Ucok) melayani pengunjung di Gerai Duriannya “Ucok Durian” di Jalan Wahid Hasyim Medan, MTD/Efendi Siregar

Sukses jelas tidak datang begitu saja. Laiknya bisnis lain, kata Ucok, ada jatuh bangun dalam dia berjualan durian ini.

“Usaha macam ini dulu kalau mau tambah modal dengan pinjam uang dari bank pasti tidak bisa. Mana ada bank yang percaya warung durian bisa besar dan menguntungkan,” ungkap Ucok sembari tertawa.

Ucok teringat kembali saat-saat awal memulai warung duriannya. Mencari nafkah dari buah dengan kulit tebal berduri itu dilakoninya sejak ia putus sekolah.

Teman-teman seusianya kala itu masih belajar di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Ucok sudah berjualan durian.

“Pada 1980an awal, saya bantu-bantu para penjual durian di sepanjang Jalan Iskandar Muda, Medan,” kata Ucok.

Saat itu, lanjut Ucok, pedagang adalah petani yang menjual hasil panennya dan pedagang biasa yang membeli durian dari kebun-kebun milik petani di Sumatera. “Mereka tidak jualan tiap hari. Jadi kalau ada musimnya saja,” ujar dia.

Di sana, tugas Ucok adalah mengangkut durian. Agar penghasilannya bertambah, ia tak hanya membantu satu orang tetapi sekaligus banyak pedagang.

“Satu hari bisa dapat Rp 2.500 sampai Rp 10.000. Saat itu, uang segitu sudah besar dan bisa ditabung. Saya pikir lumayan juga ya asyik jual durian untungnya pasti banyak, bisa lima kali lipat yang saya dapat,” tutur Ucok tentang awal kepikiran berjualan durian sendiri.

Ratusan pengunjung di gerai duriannya "Ucok Durian" di Jalan Wahid Hasyim Medan, MTD/Efendi Siregar
Ratusan pengunjung di gerai duriannya “Ucok Durian” di Jalan Wahid Hasyim Medan, MTD/Efendi Siregar

Sejak itu, kesempatan jadi kuli angkut dimanfaatkan Ucok untuk sekalian belajar. Pedagang-pedagang durian itu kerap mengajak Ucok keliling kampung untuk mencari daerah mana yang sedang musim.

Sampai akhirnya, pada 1990an, Ucok mantap buka usaha.
“Nah kenapa saya bisa jualan setiap hari sekarang seakan-akan di Medan selalu ada musim durian? Ilmunya dari sana,” imbuhnya.

Dari hasil belajar saat muda itulah, Ucok tahu kalau durian Medan “punya musim” setiap Juni sampai November. Nah di bulan lainnya, ia cari durian dari kota lain seperti Pekanbaru, Padang, dan Jambi.

Selain mencermati “musim” durian per lokasi, Ucok juga menjaga hubungan baik dengan para petani dan tengkulak durian untuk memastikan pasokan. Saat “musim” durian meleset, mereka yang membantu Ucok mencari pasokan.(bersambung/MTD/tribun-medan.com)

 

sumber:tribun-medan.com