Sejumlah alat yang diduga barang bukti pengeroyokan Imanuel Silaban, seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU stambuk 2010, Jumat (20/10/2017). MTD/Nona Sitorus

medanToday.com, MEDAN – Upaya mediasi untuk menyelesaikan persoalan keributan antara mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) yang Imanuel Silaban dengan satuan pengaman atau satpam USU gagal karena salah satu satpam menolak.

Awalnya Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU Budi Agustono pada Kamis (19/10/2017) mencoba memediasi kedua belah pihak. Namun, pihak satpam enggan berdamai karena merasa ada temannya yang terluka akibat dianiaya mahasiswa.

“Setelah terjadi gesekan pada Rabu (18/10/2017) kemarin, Dekan FIB sudah berusaha memediasi. Namun, sekuriti berinisial PM tidak mau. Di hadapan Dekan, PM mengatakan darah harus dibayar darah,” kata Gubernur FIB USU, Yosua Yordan Manalu, Senin (23/10/2017).

Yosua mengatakan, keributan berawal dari cekcok antara Imanuel Silaban dengan satpam bernama Selamet. Pada Rabu (18/10/2017) lalu, kata Yosua, Selamet justru memukul Imanuel hingga mengundang kemarahan mahasiswa lain.

Saat keributan, sekuriti bernama Selamet mendapat penganiayaan dari mahasiswa karena lebih dulu melakukan pemukulan terhadap Imanuel. Karena masalah inilah kemudian keributan meluas hingga Imanuel diculik dan dianiaya sekelompok satpam.

Terkait keributan ini, belakangan pihak USU menyebutkan bahwa Imanuel sejatinya sudah di drop out (DO) dari kampus. Namun isu ini dianggap sebagai celah untuk mengesampingkan penculikan dan penganiayaan terhadap Imanuel.

“Walaupun Imanuel katanya di DO, tapi kita bukan bicara itu. Kita bicara soal penganiayaan. Dan soal masalah itu (DO), Imanuel sedang memperjuangkan perkuliahannya,” kata Yosua.

Terkait persoalan ini, beredar kabar jika mahasiswa akan melakukan aksi lanjutan ke gedung Rektorat. Mereka meminta pertanggungjawaban kampus mengenai masalah ini.(mtd/min)

========================================================