Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU memaparkan insiden keributan dengan sekuriti. Mahasiswa kembali menuding sekuriti yang menyebabkan insiden keributan kian berkepanjangan, Senin (23/10/2017) . MTD/Nona Sitorus

medanToday.com, MEDAN“DARAH HARUS DIBAYAR DENGAN DARAH,” ucap Pria mengenakan Almamater berwarna Hijau.

Jarum jam menunjukkan pukul 11:30 Wib, sinar matahari begitu panas terasa. Darah segar yang sempat membanjiri bangunan itu pun turut membuat panas penduduk didalamnya.

Dibawah bangunan putih yang disebut sekretariat PEMA USU, Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar press confrence terkait tindak kekerasan yang dilakukan pihak sekuriti kampus kepada Imanuel Silaban, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya jurusan perpustakaan USU.

Ternyata, sebelum kejadian terjadi. Keributan antara mahasiswa USU dengan pihak sekuriti sempat dilakukan mediasi oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU, Budi Agustono pada Rabu (18/10/2017) malam.

Seperti sebuah kutipan “Luka mu adalah luka ku”, pihak sekuriti enggan untuk berdamai, karena merasa ada temannya yang terluka akibat dianiaya mahasiswa.

“Setelah terjadi perseteruan pada Rabu (18/10/2017), Dekan FIB sudah berusaha melakukan mediasi. Namun,seorang sekuriti USU berinisial PM tidak mau untuk berdamai.Di hadapan Dekan, PM mengatakan darah harus dibayar darah,” kata Gubernur FIB USU, Yosua Yordan Manalu, Senin (23/10/2017).

Pada Rabu (18/10/2017), kata Yosua, berawal dari perseteruan antara Nuel dan sekuriti bernama Selamat. Selamet memukul Imanuel hingga mengundang kemarahan mahasiswa lain. Hal itu membuat Selamet mendapat penganiayaan.

Masalah inilah yang kemudian membuat keributan meluas hingga Imanuel diculik dan dianiaya sekuriti USU.

Terkait keributan, belakangan pihak USU menyebutkan bahwa Imanuel Silaban sudah di drop out (DO) dari kampus. Namun isu ini dianggap sebagai celah untuk mengesampingkan penculikan dan penganiayaan terhadap Imanuel.

“Walau Imanuel katanya di DO, tapi kita bukan bicara itu. Kita bicara soal penganiayaan. Dan soal masalah itu (DO), Imanuel sedang memperjuangkan perkuliahannya,” kata Yosua.

Beredar kabar jika mahasiswa akan melakukan aksi lanjutan ke gedung Rektorat. Mereka meminta pertanggungjawaban kampus mengenai masalah ini.

Menurut Pengamat Ilmu Budaya, Ahmad Arief Tarigan, pendidikan termasuk ekosistem dimana saling terhubung satu sama lain, termasuk juga pemerintah dan masyarakat didalamnya. Apabila kekerasan terjadi dan menjadi gejala umum di sebuah Universitas, semestinya karakternya problem solving atau menyelesaikan masalah tidak dengan cara kekerasan fisik.

“Kita berada di atmosfer akademik, harusnya permasalahan antara satpam dan mahasiswa ini kita cari apa yang menjadi akar masalahnya.Jangan mempersalahkan siapa yang salah kepada siapa. Mari selesaikan secara akademik” ucapnya.(mtd/non)

==============