Warga seputaran Jalan AR. Hakim berbondong-bondong mengambil air di kantor PDAM cabang pembantu Medan Denai, Selasa (24/10/2017), untuk mengambil air bersih.(MTD/bwo)

medanToday.com, MEDAN – Krisis air bersih yang melanda Kota Medan disebabkan rusaknya pipa penyaluran air milik PDAM membuat warga di Kota Medan yang berada di Jalan AR. Hakim berbondong-bondong mengambil air di kantor PDAM cabang pembantu Medan Denai.

Terlihat sejak pagi hari beramai-ramai warga datang ke kantor tersebut dengan membawa galon air mineral kosong untuk diisi dengan air.

“Sudah tiga hari air mati. Mau apa-apa pun sulit. Terpaksalah ambil air di sini (Kantor PDAM cabang Medan Denai),” kata warga saat ditemui di lokasi, Selasa (24/10/2017).

BACA: Ini Penyebab Air Mati di Rumah Anda

Kepada PDAM Tirtanadi warga Kota Medan meminta agara permasalahan air ini segera diatasi. “Kami mau ini jangan lama-lama lah, karena kalau sudah air mati aktifitas juga pasti terkendala. Belum lagi mandi, masak dan yang lainnya,” imbau Herman.

Seperti informasi sebelumnya, kerusakan pipa induk berdiameter 1.000 mm yang berlokasi di Jalan Stasiun Kereta Api Duren/Jalan Purwo Gang Anyelir membuat pihak Tirtanadi Medan harus bekerja ekstra keras untuk memperbaikinya.

“Kondisi medan dan letak pipa yang berada di bawah rumah warga membuat petugas tidak leluasa melakukan perbaikan sehingga perbaikan memerlukan waktu agak lama,” kata Direktur Air Minum Delviyandri didampingi Muhri (Kadiv Transmisi Distribusi), kepada wartawan saat dijumpai di lokasi kebocoran pipa.

Tadi malam, kata Delvi, sekitar pukul 00:00 WIB, dinding rumah warga roboh, untungnya tidak ada petugas yang berada di bawahnya.

“Robohnya dinding rumah dan tanah di lokasi galian pipa bocor membuat pekerjaan makin lama, karena petugas kembali harus mengangkat bebatuan dan tanah longsor yang jatuh ke dalam galian pipa,” ujarnya, Senin (23/10/2017).

Terkait adanya bangunan di atas pipa besar PDAM Tirtanadi, menurut Delviyandri, itu memang sudah di luar kewenangan mereka, karena lahan tempat pipa ditanam adalah tanah milik PJKA.

Dikatakannya, bahwa dulu lahan itu adalah jalan KA dan harusnya memang tidak ada bangunan disana karena merupakan jalur hijau.

“Pada saat pemasangan pipa, sudah ada koordinasi dengan pihak PJKA. Sehingga kalau ada bangunan di atas jalur pipa, bukan lagi wewenang PDAM Tirtanadi,” katanya.

“Harusnya tidak ada izin bangunan di atas pipa. Karena kalau ada kerusakan seperti ini, maka akan beresiko bagi warga di samping upaya perbaikan menjadi terkendala,” sambung Delviyandri.

Menurut Delviyandri, PDAM Tirtanadi juga sudah berupaya mengimbau dan memberitahu warga bahwa di jalur itu ada pipa transmisi air bersih.

PDAM Tirtanadi juga memasang patok sebagai penanda bahwa di jalur itu ada pipa transmisi namun warga maupun pemberi izin membangun tidak mengindahkannya bahkan mencabut patok-patok tersebut.

Diceritakannya, bahwa jaringan pipa itu dibangun pada tahun 1990 pada saat MUDP (Medan Urban Development Project) Tahap I.

“Pemasangan pipa dari IPA Delitua sepanjang lebih kurang 20 kilometer dengan diameter 1.000 mm dan terbuat dari fiber yang memang rawan tekanan,” ujar Delvi.

Lalu mengenai penyebab kerusakan pipa, dikatakan, itu adalah karena adanya semacam “water hummer” yang membuat pipa dari bahan fiber itu rusak.

“Secara teknis, penyebab rusaknya pipa adalah terjadinya lonjakan air atau tekanan secara tiba-tiba yang disebut juga ‘water hummer’,” jelasnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, ini bisa disebabkan matinya aliran listrik sehingga aliran air terhenti secara tiba-tiba dan kemudian hidup kembali menggunakan genset sehingga aliran air yang berjalan tiba-tiba mengakibatkan goncangan dalam pipa.

“Padahal pipa yang terbuat dari fiber itu rentan goncangan tiba-tiba maka terjadilah kebocoran,” terang Delviyandri.

Untuk mengantisipasi hal serupa terjadi lagi, dikatakan Delvriandi, satu upaya yang mungkin dilakukan adalah relokasi pipa.

“Ke depan mungkin akan ada upaya relokasi pipa sekaligus mengganti bahan pipa. Ini tentu membutuhkan biaya sangat mahal, tapi tentu saja tetap harus dipikirkan,” tegasnya

Ditambahkannya, dalam proses perbaikan pipa yang mengakibatkan bangunan rumah rusak, pihak PDAM Tirtanadi tetap membantu yang punya bangunan.

Pantauan wartawan, selang berapa lama Direktur Utama PDAM Tirtanadi Sutedi Raharjo datang ke lokasi kebocoran pipa didampingi Sekretaris Perusahaan Jumirin, Aisten I Sekretaris Perusahaan Zaman K. Mendrofa.(mtd/bwo/non)

========================================================