Belasan pemuda yang tergabung dalam Forum Runggu Masyarakat Karo (FORMAKA) melakukan aksi kolektif koin Rp.1000 di perempatan lampu merah simpang pos, Medan,Senin (20/8).Foto: Istimewa

medanToday.com,MEDAN – Belasan pemuda yang tergabung dalam Forum Runggu Masyarakat Karo (FORMAKA) melakukan aksi kolektif koin Rp.1000 di perempatan lampu merah simpang pos, Medan,Senin (20/8). Aksi gerakan #Seribu tersebut sebagai bentuk dukungan masyarakat kecil terhadap pemerintah untuk membangun Jalan Tol/Layang yang dapat mengurai kemacetan jalan dari danmenuju Medan-Berastagi,Karo.

Iwa Brahmana selaku ketua FORMAKA,mengatakan bahwa aksi damai ini ditujukan untuk menggugah kepedulian elemen terkait, baik PemKab Karo, DPRD Karo, DPRD Provinsi Sumatera Utara, DPR RI Pemprop SU dan Pemerintah Pusat.

“Revitalisasi jalur Medan – Kabupaten Karo tidak kalah penting ketimbang Pengembangan Wisata Danau Toba yg telah menerima gelontoran dana 3,5 Triliun Rupiah,mengingat Karo adalah satelit penyanggah Ekonomi dan kebutuhan harian Kota Medan yang utama,” ungkapnya.

Aksi tersebut dimulai pada pukul 16:00 WIB yang mengambil titik start di depan Pajak USU Jl Djamin Ginting Padang Bulan dan berakhir di perempatan lampu merah simpang Pos, Jl Djamin Ginting,Medan.

Menurut Koordinator aksi, Cinor Kaban bahwa aksi ini akan terus dilaksanakan bertahap sampai ke Kabupaten Karo, di Gapura Perbatasan Kab. Karo – Kab. Deliserdang tepatnya Objek Wisata Penatapen Berastagi.

“Aksi dan Dana yg terkumpul akan terus di update di group – group Facebook Masyarakat Karo seperti Kede Kopi Merga Silima dan Rumah Masyarakat Karo,” ungkapnya.

Seperti diketahui sebelumnya,kondisi jalan dari dan menuju Kabupaten Karo kerap mengalami kemacetan parah, terutama di areal tanjakan Lau Kaban, Sembahe dan tanjakan Bandar Baru Sibolangit, Kabupaten Deliserdang.

Akibat kemacetan tersebut, tidak jarang jarak tempuh dari dan menuju tanah Karo bisa menjadi delapan jam lebih,sementara dalam kondisi normal dari Kabanjahe menuju Medan dapat di tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam dengan jarak tempuh kurang lebih 70 KM.

Kondisi tersebut bagi Warga Kabupaten Karo dianggap merugikan perputaran ekonomi masyarakat Kabupaten Karo yg mayoritas bergantung pada perdagangan Sayur dan buah ke Kota Medan.Kemacetan menyebabkan fluktuasi harga komoditas tani yang tajam, dapat berubah – ubah dalam hitungan jam.

Jansen Purba, seorang pedagang dan pemilik kios di Pasar Pajak Roga Berastagi mengatakan bahwa harga komoditas tani yang akan dijual keluar Kabupaten Karo menjadi sangat tidak menentu. Menurutnya, dampak kemacetan sering menimbulkan kerugian bagi petani dan pedagang.

“Sebab barang yang telah dibeli bisa jadi tidak laku karena telat masuk ke Pasar Induk Lau Cih atau telat sampai ke tujuan lain diluar Kota Medan,” ungkapya.

Tambahnya lagi, bahwa jalur rawan kemacetan berada di wilayah administratif Deliserdang, yaitu Sembahe dan Bandar Baru Kecamatan Siboulangit.

“Namun dampak langsung akibat kemacetan dirasakan oleh pelaku ekonomi Kabupaten Karo dan angkutan pribadi serta komersil dari dan menuju Kabupaten Karo,” tambahnya.(mtd/ril)

=====================