Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. (Ist)

medanToday.com, JAKARTA – Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan pentingnya mendapatkan vaksinasi di masa pandemi bertujuan agar terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok. Herd immunity melindungi masyarakat yang tidak memperoleh vaksinasi karena alasan tertentu.

“Oleh karena itu, untuk mencapai kekebalan kelompok atau komunitas ini, prinsip gotong royong merupakan hal utama. Itu dapat dicapai apabila masyarakat yang sehat dan memenuhi kriteria melakukan vaksinasi. Sehingga dengan jumlah yang memadai, maka akan tercipta herd immunity sekaligus melindungi kelompok-kelompok yang tidak divaksinasi,” katanya saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (10/12).

Masyarakat juga perlu mengetahui beberapa kriteria ideal vaksin berkualitas. Diantaranya efikasi dan efektivitas. Keduanya memiliki peran mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19. Aspek efikasi ialah besarnya kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di kondisi ideal dan terkontrol.

“Hal ini dapat dilihat dari hasil uji klinis vaksin di laboratorium yang dilakukan kepada populasi dalam jumlah terbatas,” ujarnya.

Aspek efektivitas yaitu kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di lingkup masyarakat luas. “Yaitu penilaian kemampuan vaksin melindungi masyarakat secara heterogen (beragam),” katanya lagi.

Dalam hal efektivitas terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi. Faktor pertama yaitu penerima vaksin seperti usia, komorbid (penyakit penyerta), riwayat infeksi sebelumnya, serta jangka waktu sejak vaksinasi dilakukan. Faktor kedua adalah karakteristik dari vaksin. Seperti jenis vaksin, active atau inactivated , komposisi vaksin dan cara penyuntikan.

Dan faktor ketiga, adalah kecocokan strain pada vaksin, dengan strain pada virus yang beredar di masyarakat. “Untuk mengetahui aspek efektivitas vaksin, maka perlu adanya data surveilans untuk melihat perkembangan kasus serta memantau dampaknya. Data imunisasi untuk melihat cakupan imunisasinya, dan data klinis individu pendukung melihat aspek lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan individu,” jelasnya.

Sedangkan terkait efisiensi vaksin, dapat dilihat dari nilai pembelanjaan vaksin. Vaksin dapat mencegah pengeluaran biaya kesehatan lain untuk menangani orang sakit akibat penyakit tersebut.

Disamping vaksin, terdapat berbagai pertimbangan lain yang sedang dilakukan pemerintah guna memastikan tujuan utama yaitu mengakhiri pandemi Covid-19. Wiku menyebut ada beberapa faktor yang sama pentingnya dengan vaksin.

“Perlu kita ingat, bahwa satu upaya pengendalian Covid-19 tidak akan efektif jika tidak disertai upaya lain yang menutup kekurangan masing-masing dan saling melengkapi,” ucapnya.

Misalkan, penerapan protokol kesehatan (Prokes) 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan atau upaya 3T yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan). Jika hanya mengindahkan satu aspek saja, maka menghasilkan penanganan Covid-19 yang kurang efektif.

“Oleh karena itu perlu adanya kerja sama masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan Covid-19. Langkah vaksinasi tingkat nasional harus tetap diikuti kedisiplinan dalam menjalankan kesehatan di setiap kegiatan. Ingat, vaksinasi akan berjalan efektif apabila kita disiplin menjalankan Prokes,” tegasnya. (mtd/min)