KPC PEN-Achmad Zulkarnain, fotografer difabel bersama Eva Rahmi Kasim, Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kemensos (kiri bawah) & Budi Prasodjo, kepala sekolah SLB/G Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala (kanan bawah). (Ist)

medanToday.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang melanda tanah air berdampak bagi banyak orang, tak terkecuali kaum disabilitas. Mereka turut menghadapi tantangan dalam masa adaptasi kebiasaan baru. Sistem belajar secara daring menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah luar biasa.

“Karena tidak semua orang tua bisa mendampingi anak dan membutuhkan strategi tersendiri. Belum lagi penggunaan-penggunaan media digital,” kata Kepala Sekolah SLB/G Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Budi Prasodjo dalam keterangan tertulis, seperti dikutip dari detik.com, Rabu (9/12).

Dalam forum dialog produktif dengan tema ‘Disabilitas Berjuang Hadapi Pandemi’ yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di Media Center KPCPEN, ia mengatakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, pihak sekolah harus melakukan kunjungan ke rumah siswa penyandang disabilitas selama masa pandemi.

“Pendamping datang ke rumah, memberikan contoh mendampingi anak-anak kami,” kata Budi.

Seorang fotografer penyandang disabilitas Achmad Zulkarnain mencoba bangkit dan menjadi inspirasi buat banyak orang. Di masa pandemi ini, ia membuka kelas fotografi untuk membangun semangat banyak orang.

“Saya membuka kelas dasar, kemudian fotografi yang sifatnya komersial yang memberi peluang usaha dan spirit bagi banyak orang,” katanya.

Dengan hadirnya vaksin dan upaya pemulihan ekonomi nasional, Achmad berharap situasi segera pulih dan membawa angin perubahan yang lebih baik bagi para disabilitas.

“Kami berharap ada upaya dari pemerintah membuat UMKM yang dapat dikerjakan teman-teman difabel di beberapa pelosok daerah,” pungkasnya. (mtd/min)