Juru bicara pemerinntah dr. Reisa Brotoasmoro. (Ist)

medanToday.com, JAKARTA – Juru bicara pemerintah dr Reisa Brotoasmoro mengatakan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 diprioritaskan bagi 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayan publik.

Hal itu senada dengan pernyataan World Health Organization (WHO) yang menyebutkan bahwa perlindungan kepada tenaga kesehatan adalah wajib dan harus dilakukan di seluruh dunia. Alasannya sudah lebih dari 500 tenaga kesehatan gugur selama masa pandemi di Indonesia.

“Hilangnya tenaga kesehatan ini dinilai sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan sistem kesehatan dalam negeri terancam collapse (lumpuh). Padahal, untuk melahirkan tenaga kesehatan butuh empat sampai tujuh tahun. Sementara 100 ribu pasien Covid-19 sedang menunggu mendapatkan pelayanan kesehatan,” kata Reisa saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (4/1) kemarin.

Selain itu, lanjut Reisa, tenaga kesehatan wajib memelihara kesehatan dan melindungi keselamatan teman sejawatnya. Salah satunya melindungi diri dengan mendapatkan vaksinasi adalah kesadaran profesional. “Melindungi teman sejawat, pasien, dan keluarga kita adalah kewajiban moral,” ungkapnya.

Soal keamanan vaksin, Reisa kembali meyakinkan bahwa para guru-guru tenaga kesehatan yang berpengalaman puluhan tahun telah mendampingi proses pengkajian vaksin. Apabila vaksin sudah masuk uji klinis fase 3, artinya telah lulus uji klinis fase 1 dan 2.

“Saat ini kita sedang menunggu efikasi. Efikasi adalah persentase penurunan kejadian penyakit pada kelompok orang yang divaksinasi,” lanjutnya.

Saat ini, vaksin Coronavac di Indonesia sudah berbasis inactivated virus atau virus yang tidak aktif. Metode ini telah dikenal selama ratusan tahun, tepatnya sejak adanya vaksin rabies. Dan terbukti manjur melindungi diri serta mengeradikasi penyakit menular. Bukti lainnya adalah vaksin polio yang menyelamatkan jutaan anak dari risiko lumpuh dan kehilangan masa depan.

“Bahkan, pada Agustus tahun lalu kita merayakan enyah polio dari Afrika. Bangsa Indonesia berjasa besar dalam hal ini karena vaksin dengan platform inactivated virus ini adalah buatan PT Bio Farma,” jelasnya.

WHO juga sudah menetapkan Indonesia bebas polio sejak 2014. Untuk itu, para tenaga kesehatan diharapkan tidak ragu ketika mengikuti vaksinasi. Selain itu, sambung Reisa, berbagai bentuk perlindungan terhadap tenaga kesehatan yakni memastikan tersedianya alat pelindung diri, meningkatkan kemampuan teknis dan tersedianya informasi terkini penanganan Covid-19.

“Termasuk juga insentif dan apresiasi kerja tenaga kesehatan,” pungkasnya. (mtd/min)