Seorang warga saat mengikuti Swab Test di Pendopo USU, Medan,Selasa (18/8). Foto: Dedi Sinuhaji for medanToday.com

medanToday.com, BANJARMASIN – Penelusuran kontak erat atau tracing harus menjadi prioritas utama dalam menekan penyebaran virus Covid-19. Sehingga rasio lacak isolasi dapat mendekati standar yang ditetapkan WHO.

“Harapan kita kepada pemerintah terus meningkatkan jumlah testing 1: 1000 penduduk tiap pekannya. Dan upaya perawatan yang optimal sehingga keterisian tempat tidur kurang dari 60 persen,” kata anggota tim pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd di Banjarmasin, seperti dilansir dari Antara, Sabtu (2/1).

Syamsul menjelaskan, melakukan tes Covid-19 disertai lacak semua kontak dan isolasi bagi yang terkonfirmasi dapat menurunkan nilai Effective Reproduction Number (Rt) sebesar 64 persen. Hal itu lebih baik jika dibanding melakukan tes tanpa disertai lacak dan isolasi yang hanya memperoleh penurunan Rt 2 persen.

“Rt yaitu angka penambahan kasus yang terjadi di lapangan setelah mendapatkan berbagai intervensi. Rt yang angkanya kurang dari 1 maka intervensi yang dibuat pemerintah, fasilitas kesehatan maupun masyarakat bisa dikatakan berhasil,” kata Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Berdasarkan data base Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, rata-rata orang yang dilakukan tes 34.340 orang (standar WHO 38.500), rasio lacak isolasi 1,54 (standar WHO 30) dan perawatan yang dilihat dari tingkat keterisian tempat tidur berkisar 70-80 persen (standar WHO kurang dari 60 persen).

Memperhatikan data itu, kata Syamsul, maka kinerja penelusuran dan pelacakan yang kurang optimal dibandingkan kinerja tes dan perawatan. Padahal strategi 4T (testing, tracing, tracking dan treatment) merupakan suatu kegiatan yang saling keterkaitan.

“Sangat rendahnya kinerja tracing dan tracking dapat menjadi penyebab penularan senyap di tengah masyarakat dan akan terus berkontribusi terhadap peningkatan angka positive rate akibat gagal dalam memutus rantai penularan,” jelasnya. (mtd/min)