Jusuf Kalla. Tempo/Aditia Noviansyah

medanToday.com,YOGYAKARTA – Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) menyebut hubungan guru mengaji dengan pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan tidak berkaitan dengan penyebaran radikalisme di masjid. Menurutnya, pelaku membuat bom belajar dari internet.

“Sebenarnya radikalisme tidak di masjid, saya bilang 99 persen masjid itu aman saja. Bahwa ada pengajian-pengajian tertentu yang keras umumnya tidak di masjid,” kata JK saat ditemui di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogyakarta, Jumat (15/11/2019).

Karena itu, JK menilai kemampuan pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Rabbial Muslim Nasution, dalam merakit bom tidak didapat dari keaktifannya dalam kegiatan masjid. Menurutnya, Rabbial dapat merakit bom dari video yang tersebar di dunia maya.

“Mereka dapatnya dari internet, iya, lihat saja orang bikin bom belajarnya di mana? di internet kan,” ucapnya.

Terlepas dari hal tersebut, JK mengutuk keras aksi Rabbial yang melakukan aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan. Menurutnya, tidak ada agama yang mengajarkan untuk membunuh sesama.

“Ya tentu apapun, bom bunuh diri kan haram dari segi agama. Bunuh diri saja haram, apalagi membunuh orang lain dengan cara bunuh diri. Selain itu, membunuh orang lain dengan alasan agama sama sekali tidak ada,” tandasnya.

“Dan secara aturan juga (bom bunuh diri) kejahatan luar biasa, karena itu kita mengutuk masalah itu agar menyadari, bahwa tidak ada perintah agama untuk saling membunuh selain mempertahankan diri,” imbuh JK.

Sebelumnya, Rabbial Muslim Nasution (24) melakukan aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Akibat ledakan bom bunuh diri, enam orang terluka. Empat korban luka dari personel Polri, satu pekerja harian lepas dan satu orang warga.

“Dugaan sementara pelaku ini melakukan aksi terorisme lone wolf,” kata Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2019).(mtd/min)

==================