Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. (Ist)

medanToday.com, JAKARTA – Satgas Penanganan Covid-19 pusat mengimbau pemerintah dan Satgas daerah terus melakukan koordinasi jelang akhir tahun. Hal ini mengantisipasi terjadinya kekurangan logistik alat kesehatan seperti obat-obatan, reagen atau alat pelindung diri (APD).

“Pastikan kebutuhan logistik ini mencukupi, sehingga tidak menghambat penanganan kepada pasien Covid-19 di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia,” kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Kantor Presiden, Selasa (8/12).

Saat ini, tren peningkatan kasus Covid-19 masih terus terjadi. Bahkan pada Kamis (3/12) lalu, penambahan harian mencapai 8.369 kasus. Angka ini menunjukkan kondisi yang sangat membahayakan dan mencerminkan masih tingginya penularan di masyarakat. Hal ini juga diakibatkan adanya penurunan drastis pada tingkat kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan (Prokes) 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

Dari data terakhir, tingkat kepatuhan masyarakat dalam memakai masker turun secara persentasenya. Pada September lalu tercatat sebesar 83,67 persen, dan awal Desember menjadi 57,78 persen.

“Ini diperburuk juga dengan kenyataan bahwa kedisiplinan menjaga jarak juga turun, dari 59,57 persen menjadi 41,75 persen pada periode yang sama,” ujarnya.

Menerapkan disiplin Prokes adalah cara yang paling efektif dalam menekan penularan Covid-19. Ia kembali mengingatkan, bahwa patuh terhadap prokes harus dijadikan kewajiban bagi masyarakat. Untuk pimpinan dan aparat penegakan hukum di daerah tegakkan disiplin tanpa pandang bulu kepada masyarakat yang tidak patuh Prokes.

“Ingat, dokter dan tenaga kesehatan yang memberikan perawatan, merupakan benteng terakhir. Jumlah mereka sangat terbatas, hargailah mereka,” ucapnya mengingatkan.

Wiku menyampaikan, saat ini kapasitas testing (pemeriksaan) Covid-19 di Indonesia semakin mendekati target yang direkomendasikan World Health Organization (WHO). Saat ini sudah sebesar 96,35 persen. Namun demikian, peningkatan testing ternyata diikuti tren peningkatan kasus positif yang semakin memburuk.

Seharusnya, angka testing yang tinggi tidak diikuti dengan peningkatan kasus positif. “Ini artinya tingkat penularan makin tidak terkendali. Tolong pengertian dan kerja sama yang serius. Jangan sampai kerja kerasa kita selama ini hilang percuma,” tegasnya. (mtd/min)