Perguruan Eria di Jalan SM Raja, Kecamatan Medan Kota. (dok: medanToday.com)

medanToday.com, MEDAN – Kebijakan Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim menerapkan belajar tatap muka di sekolah pada semester mendatang menuai pro dan kontra dari orang tua murid di Kota Medan. Sebab ada yang setuju dan tidak karena pandemi belum berakhir.

Seperti curhatnya Desi, orang tua murid SD Perguruan Eria di Jalan SM Raja, Kecamatan Medan Kota. Dia menyambut baik kebijakan belajar tatap muka yang diberlakukan awal tahun depan. Sebab, belajar online dari rumah membuatnya sedikit kesulitan untuk mendisiplinkan anaknya.

“Saya mendukung. Belajar dari rumah anak-anak menjadi manja dan malas. Kalau ada gurunya kan pasti lebih baik,” katanya kepada medanToday.com, Selasa (15/12).

Menurutnya, belajar di rumah kurang efektif apalagi bagi orang tua yang harus bekerja dari pagi sampai malam. Sehingga waktu memonitoring waktu belajar anak sangat minim.

“Takut tidak terpantau, saya menyewa guru les agar proses belajar anak lebih baik,” ujar karyawan apotek ini.

Meskipun mendukung, ia tetap mempersiapkan beberapa langkah agar anaknya aman saat belajar tatap muka nanti. Salah satunya mengingatkan anaknya disiplin protokol kesehatan (Prokes) seperti memakai masker, menjaga jarak di kelas dan jam istirahat, rajin mencuci tangan pakai sabun di air mengalir atau hand sanitizer yang disiapkan dari rumah.

“Kita harus kasih tau sama anak untuk mematuhi Prokes selama di sekolah. Pulangnya dijemput agar tidak berkerumun bersama kawan-kawannya. Begitu di rumah, langsung disuruh mandi,” ujarnya.

Tak hanya itu, Desi juga akan berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait kesiapan tempat anaknya menimba ilmu menerapkan Prokes. Misal penyediaan tempat cuci tangan, penerapan jarak di kelas, serta pengawasan ekstra mencegah para murid berkerumun.

“Saat ini masih percaya sekolah bisa melakukannya. Sekarang sudah ada cek suhu tubuh, harus memakai masker, kebiasaan mencuci tangan dan menjaga jarak,” ucapnya.

“Yang penting, kalau pemerintah bisa menjamin aman, ya kita ikuti. Kalau tidak, kesehatan tetap nomor satu,” sambungnya.

Berbeda dengan Rita. Orang tua dari sekolah yang sama mengaku masih sangat khawatir melepas anaknya belajar tatap muka. Alasannya, anaknya belum terlalu displin mematuhi Prokes.

“Gimana ya, satu sisi sebenarnya senang karena anak bisa belajar bersama gurunya. Tapi, saya masih khawatir sebab anak saya belum begitu taat Prokes, di rumah aja kadang gak mau pakai masker. Takutnya ia malah berkerumun sama kawan-kawannya pas jam istirahat dan pulang sekolah,” ucapnya.

Jika belajar tatap muka tetap dilaksanakan, ia akan memperlengkapi anaknya dengan masker dan Face Shield. Kemudian meminta pihak sekolah memperketat Prokes di dalam dan luar kelas.

“Kita juga berharap pihak sekolah bisa memaksimalkan pengawasan agar murid tetap pakai masker dan tidak berkerumun,” ungkapnya.

Rita mengaku menemukan beberapa tantangan selama belajar daring dari rumah. Seperti memberi pemahaman kepada anak terkait pelajaran dan mendampingi di waktu kerja yang cukup padat.

“Saya dan suami kerja dari pagi sampai malam. Jadi terbilang tidak bisa mendampingi secara maksimal. Paling hanya malam untuk menanyakan apa saja yang sudah dipelajari. Terpaksalah sewa guru les biar anak tetap bisa memahami materi belajarnya,” katanya.

“Sebagai orang tua, saya masih was-was dengan belajar tatap muka di masa pandemi saat ini. Tapi, jika pemerintah dan sekolah mampu memastikan pengawasan Prokes, tentu akan kita ikuti. Bagaimana pun belajar yang efektif itu tetap tatap muka bersama gurunya,” tutupnya. (mtd/min)